Selasa, 29 Januari 2013

sistem informasi



BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan  rawat inap adalah kegiatan pelayanan terhadap pasien yang masuk rumah sakit, menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosis, terapi, rehabilitasi medik dan / atau pelayanan medik lainnya. Bagian rawat inap mempunyai kedudukan sangat penting di rumah sakit dalam rangka menyelenggarakan fungsi utamanya. Tenaga yang terlibat dalam pemberian pelayanan pasien antara lain dokter, perawat, bidan, ahli gizi, dan tenaga keteknisian kesehatan lainnya.
Dalam  tatalaksana pelayanan kesehatan keluarga miskin, pelayanan  rawat inap dilakukan secara terpadu, yang terdiri atas biaya kamar perawatan, jasa pelayanan termasuk tindakan/prosedur medis, pemeriksaan penunjang, konsumsi selama perawatan, maupun obat-obatan dan bahan habis pakai selama pasien dirawat. Secara teknis, pembayaran biaya setiap jenis penyakit terdapat biaya maksimal yang disediakan oleh pihak pembayar – langsung dari Kas Negara. Sebagai contoh, seorang pasien dengan diagnose hipertensi tanpa komplikasi, dalam paket tarif pelayanan untuk rumah sakit kelas B adalah Rp.2.903.555,- dengan lama hari rawat 6,9 hari. Namun, apabila klaim yang diajukan rumah sakit mencapai Rp.3.500.000,- terdapatselisih pembiayaan pasien yang akan menjadi tanggungan pemerintah daerah setempat. Kelebihan biaya tersebut dapat diakibatkan kurang baiknya rencana penatalaksanaan pengobatan pasien atau karena tingkat keparahan penyakit yang diderita.
Kegiatan pembuatan  rincian biaya pasien  pulang, masih dilakukan secara manual dan penghitungannya menggunakan kalkulator. Hal ini dapat mengakibatkan lambatnya memperoleh informasi mengenai biaya perawatan, dan dapat menghasilkan informasi yang tidak akurat. Keakuratan informasi berarti informasi harus bebas dari kesalahan, tidak bias, dan tidak menyesatkan Berdasarkan masalah yang ada, sulit untuk mewujudkan monitoring pembiayaan yang bersifat tepat waktu dan berkesinambungan terhadap transaksi biaya perawatan.
Monitoring yang baik diharapkan mampu mengendalikan biaya perawatan maupun peningkatan mutu pelayanan melalui upaya pemantauan yang terus-menerus dan memberikan peringatan kepada tenaga kesehatan untuk mematuhi prosedur pelayanan.
Dengan demikian, perlu dikembangkan suatu sistem informasi pembayaran rawat inap pasien keluarga miskin yang berbasis INA-DRG casemix guna monitoring pembiayaan kesehatan. Sistem informasi ini akan memberikan batasan pembiayaan maksimal berdasarkan diagnosa penyakit, dan akan menghindari terjadinya pembengkakan pembiayaan.

BAB II
ISI

A.    ALUR PELAYANAN RAWAT INAP PASIEN KELUARGA MISKIN
Setiap pasien keluarga miskin yang dinyatakan masuk rawat inap di rumah sakit (mondok) oleh dokter – baik melalui rawat jalan maupun gawat darurat – terlebih dahulu melakukan pendaftaran di tempat pendaftaran pasien rawat inap (TPPRI). Data pasien dilengkapi dan dibuatkan dokumen rekam medis rawat inap. Kemudian pasien segera melengkapi berkas jaminan pelayanan keluarga miskin untuk memperoleh Surat Jaminan Perawatan (SJP), baik yang dikeluarkan oleh PT Askes (Persero) maupun yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso.
Dengan surat jaminan tersebut, pasien dapat menerima seluruh pelayanan kesehatan di rumah sakit yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI mengenai pelayanan kesehatan bagi pasien keluarga miskin. Pelayanan tersebut meliputi biaya kamar perawatan, jasa pelayanan termasuk tindakan/prosedur medis, pemeriksaan penunjang, konsumsi selama perawatan, maupun obat-obatan dan bahan habis pakai selama pasien dirawat serta pasca rawat inap. Setelah menerima pelayanan kesehatan, pasien dapat dinyatakan boleh pulang atau dirujuk ke rumah sakit lain atau meninggal dunia.
Keluarga pasien segera mengurus administrasi pulang dengan menyerahkan rincian biaya pelayanan pasien peserta Jamkesmas dari ruang rawat inap ke kasir. Kemudian kasir memberikan surat keterangan boleh pulang untuk diserahkan kembali ke petugas administrasi ruang perawatan (PAD).



Bagan alur pasien rawat inap dapat dilihat pada gambar berikut :
                                                        





Text Box: Gambar 1 Alur Pasien Rawat Inap


Pada saat pasien masuk ke ruang perawatan, maka identitas pasien segera dimasukkan dalam sistem informasi pembayaran rawat inap pasien keluarga miskin berbasis INA-DRG casemix. Hal ini dilakukan untuk memudahkan PAD dalam mengidentifikasi pasien keluarga miskin yang hendak dilayani.
Pembayaran rawat inap pasien keluarga miskin berbasis INA-DRG casemix guna monitoring pembiayaan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso, sebagai berikut :
1) Tampilan Utama Sistem Informasi Pembayaran Rawat Inap Pasien
Keluarga Miskin Berbasis INA-DRG casemix.
a) Login User
User terdiri dari empat kategori, yaitu :
(1) Petugas verifikasi pendaftaran
(2) Petugas administrasi ruangan (PAD)
(3) Manajemen rumah sakit
(4) Administrator aplikasi
login 1.bmpUser terlebih dahulu login untuk dapat menggunakan dan mengakses sistem informasi ini, dengan memasukkan nama user dan password.

Text Box: Gambar 2  Login Sistem untuk User




awal 2.bmpb) Tampilan Menu Awal






Gambar 4. 56 Tampilan Menu Awal
\


2) Tampilan untuk Pendataan
3.bmpa) Tampilan Pendataan Pasien






Gambar 4. 57 Tampilan Pendataan Pasien



Master pasien menyimpan data pasien rawat inap. Dalam pengembangan sistem informasi pembayaran rawat inap pasien keluarga miskin berbasis INA-DRG casemix, pengisian data pasien dilakukan di ruang perawatan.

4.bmpb) Tampilan Pendataan Dokter



Gambar 4. 58 Tampilan Pendataan Dokter





Master dokter menyimpan data dokter yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso.




5.bmpc) Tampilan Pendataan Ruangan







Master ruang perawatan untuk menyimpan data ruang perawatan yang memberikan pelayanan kepada pasien keluarga miskin di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso.

6.bmpd) Tampilan Pendataan Obat




Gambar 4. 60 Tampilan Pendataan Obat





Master obat ini untuk menyimpan data obat-obatan.
Pengisian obat-obatan diharapkan dapat teliti sehingga diketahui jenis obat tersebut (tablet, kapsul, atau cair)

7.bmpe) Tampilan Pendataan Tindakan










Master tindakan ini untuk menyimpan data tindakan yang akan diberikan kepada pasien.

8.bmpf) Tampilan Pendataan Penunjang









Gambar 4. 62 Tampilan Pendataan Penunjang

Master penunjang ini untuk menyimpan data pemeriksaan penunjang, baik di laboratorium maupun di radiologi, termasuk pelayanan darah, dan alat-alat kesehatan.

9.bmpg) Tampilan Pendataan Diagnosa (ICD X)




Gambar 4. 63 Tampilan Pendataan Diagnosa (INA-DRG)
Master diagnosa ini untuk menyimpan data diagnose yang sesuai dengan tarif INA-DRG ya


ng telah ditetapkan.

10.bmph) Tampilan Pendataan Prosedur (ICD-9 CM)





Gambar 4. 64 Tampilan Pendataan Prosedur
Master prosedur ini untuk menyimpan data prosedur yang sesuai



dengan data prosedur INA-DRG yang telah ditetapkan.

3) Tampilan untuk Transaksi
11.bmpa) Tampilan Pendataan Transaksi Pindah Ruangan



Gambar 4. 65 Tampilan Transaksi Pindah Ruangan





Data transaksi pindah ruangan merupakan data hasil terjadinya mutasi antar ruangan perawatan.





12.bmpb) Tampilan Pendataan Transaksi Tindakan







Gambar 4. 66 Tampilan Transaksi Tindakan



Data transaksi tindakan merupakan data hasil terjadinya pelayanan tindakan yang diberikan kepada pasien

13.bmpc) Tampilan Pendataan Transaksi Obat



Gambar 4. 67 Tampilan Transaksi Obat







Data transaksi obat merupakan data hasil terjadinya transaksi pemakaian obat yang diberikan pada pasien.


d) Tampilan Pendataan Transaksi Pemeriksaan Penunjang


14.bmp
 







Gambar 4. 68 Tampilan Transaksi Pemeriksaan Penunjang



Data transaksi pemeriksaan penunjang merupakan data hasil pemeriksaan penunjang pasien rawat inap sesuai bagian  pelayanan yang diberikan oleh unit penunjang.

15.bmpe) Tampilan Pendataan Transaksi Prosedur



Gambar 4. 69 Tampilan Transaksi Prosedur








Data transaksi prosedur merupakan data hasil terjadinya pelayanan yang sesuai dengan prosedur pelayanan berdasarkan INA-DRG yang telah ditetapkan.

4) Tampilan untuk Pelaporan
16.bmpa) Tampilan Laporan 10 Diagnosa Terbanyak




Gambar 4. 70 Tampilan Laporan 10 Diagnosa Terbanyak








Laporan ini menampilkan daftar 10 diagnosa terbanyak yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso. Laporan ini ditujukan kepada manajemen rumah sakit.









17.bmpb) Tampilan Laporan 10 Diagnosa Terbesar Biaya




Gambar 4. 71 Tampilan Laporan 10 Diagnosa Terbesar Biaya



Laporan ini menampilkan daftar 10 diagnosa terbesar biayanya di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso. Laporan ini ditujukan kepada manajemen rumah sakit.

18.bmpc) Tampilan Laporan Total Biaya Perawatan



Gambar 4. 74 Tampilan Laporan Total Biaya Perawatan





Laporan ini menampilkan seluruh total biaya yang diberikan kepada pasien keluarga miskin di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso.





19.bmpf) Tampilan Laporan Identitas Pasien










Gambar 4. 78 Tampilan Laporan Identitas Pasien
Laporan ini menampilkan data identitas pasien keluarga miskin yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso. Laporan ini diberikan pada manajemen rumah
sakit.

PENERAPAN SISTEM
Penerapan sistem merupakan kegiatan memperoleh dan mengintegrasikan sumber daya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yang bekerja. Dalam tahap penerapan terdapat kegiatan konversi sistem yang merupakan proses untuk meletakkan sistem baru supaya siap untuk dapat digunakan.
Penerapan sistem dapat menggunakan beberapa pendekatan yaitu :
1) Pendekatan langsung (direct conversion / abrupt cut over)
Dilakukan dengan mengamati sistem yang lama dengan sistem yang baru.
2) Konversi paralel (paralel conversion)
Mengoperasikan sistem yang baru dengan sistem yang lama selama waktu tertentu.
3) Konversi percontohan (pilot conversion/location conversion)
Beberapa sistem sejenis akan diterapkan pada beberapa area.
4) Pendekatan bertahap (stage conversion)
Menerapkan masing-masing model sistem yang berbeda sistem
secara urut.

Penerapan sistem informasi pembayaran rawat inap pasien keluarga miskin berbasis INA-DRG casemix guna monitoring pembiayaan kesehatan menggunakan pendekatan paralel, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengoperasikan sistem yang baru bersama-sama dengan sistem yang lama selama satu periode waktu tertentu. Kedua sistem ini dioperasikan bersama-sama untuk meyakinkan bahwa sistem yang baru telah benar-benar beroperasi dengan sukses sebelum sistem lama dihentikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar